Jumat, 19 November 2010

tugas fisika biolistrk

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum. W. W.

Alhamdulillah, puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan kesempatan dan pemikiran kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Bahan untuk makalah ini diambil dari internet dan sebahagian diambil dari buku.

Penulisan dan penggunaan kata-kata sangat sederhana sehingga memudahkan pengguna atau pembaca untuk memahaminya.

Penulis dengan penuh kerendahan hati mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada bapak, dan teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Akhirnya, sesuai dengan pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Penulis mengharapkan kritik dan saran, khususnya dari teman, dan Dosen yang membimbing mata kuliah Fisika. Kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.


Bukittinggi, Oktober 2010



Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………. 3
BAB11 BIOLISTRIK / TERMODINAMIKA
2.1 Pengertian biolistrik …………………………………………… 4
2.2 Hukum-hukum biolistrik ……………………………………
2.3 Macam-macam gelombang arus listrik …........... 11
2.4 Kelistrikan dan kemagnetan yang timbul pada tubuh …………………….... 17
2.5 Penggunaan listrik dan magnet pada tuPemeriksaan Berat Badan……………………………………………… 20
2.6 Pemeriksaan Tinggi Badan……………………………………………... 21

BAB 111 PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………….. 22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 23
















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada tubuh kita berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Seperti listrik dirumah tangga. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh. Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel. Pada ekstra sel lebih banyak ion Na dan Cl2, sedangkan intra sel terdapat ion h dan anion protein.
Penulis akan mengungkapkan bagaimana cara kerja biolistrik di dalam ilmu kesehatan pada makalah ini.
1.2 Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang biolistrik di dalam ilmu kesehatan.











BAB II
PEMBAHASAN
(BIOLISTRIK / TERMODINAMIKA)

2.1 Pengertian Biolistrik

Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negative pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons) menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan isyarat listrik dari neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.

Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung (Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak lainya.


2.2. Hukum – Hukum Biolistrik

a. Besaran Pokok
- Medan Listrik
Medan listrik merupakan ruangan disekitar benda bermuatan listrik yang mengalami gaya tarik atau tolak.
Jika suatu benda yang bermuatan listrik diletakan di suatu ruangan, maka ruangan tersebut terdapat medan listrik. Jika benda lain yang bermuatan listrik di ruangan tersebut maka kedua benda akan mengalami gaya.
Kuat medan listrik pada lokasi dimana muatan uji berada kita defenisikan sebagai besar gaya coloumb (gaya listrik) yang bekerja pada muatan uji dibagi dengan besar muatan uji.
E = Kuat Medan Listrik : N/C
F = Gaya Coloumb : N
Qo = Besar Muatan Listrik : C
Menurut Hukum Coloumb besar gaya coloumb yang bekerja pada muatan uji :
F = K Q1 x Q2 berarti E = K Q1 . Q2
R2
Q
K = Tetapan = 9 x 109 NM2/C2
R = Jarak antara dua muatan = m
Q = muatan listrik pada sumber medan C
- Arus listrik
Muatan listrik adalah sejumlah muatan yang mengalir melalui suatu penampung kawat dalam sekom ketika arus satu ampere melalui kawat itu. Hubungan muatan elemeter ℓ dengan coloumn =
I ℓ = 1,60 x Io-19C
Sifat – sifat muatan listrik :
a. muatan listrik digolongkan menjadi 2 jenis, muatan positif dan muatan negatif.
b. Muatan listrik sejenis tolak – menolak, muatan listrik tak sejenis tarik menarik.
- Potensial Listrik
Potensial listrik adalah perubahan energi potensial persatuan muatan ketika sebuah muatan diuji dipindahkan diantara dua titik.
Untuk mengatur potensial listrik digunakan alat ukur volt meter. Volmeter harus dipasang paraler dengan sumber listrik atau peralatan listrik yang akan diukur beda potensial atau tegangannya.
V = Kq
R
V = Potensial listrik = Joule / coloumb
K = Tetapan = 9 x 109 Nm2 / C2
q = muatan listrik = C
r = jarak anatara dua muatan = m
- Daya Listrik
Daya listrik adalah daya sebagai kecepatan melakukan usaha atau persatuan waktu :
Daya = usaha P = W
waktu t
P = watt (w)
W = usaha (j )
t = waktu (s)
b. Harga efektif arus dan potensial listrik
Arus listrik mengalir diantara dua titik pada penghantar jika beda potensial antara dua titik. Oleh karena itu pada tahun 1826 Georg Simon Ohm menyelidiki hubungan arus dan potensial listrik, beda potensial sebanding dengan kuat arus dan berbanding balik dengan hambatan penghantar .
Hukum Ohm :
V = R x I
V = beda potensial = Volt (v)
R = hambatan = Ohm (Ω)
I = kuat arus = ampere (A)
Hambatan listrik hasil bagi antara beda potensial antara ujung – ujung penghantar dan kuat arus yang melaluinya hambatan listrik diberi satuan Ohm (Ω)
Hambatan = beda potensial : R = V/I V = I x R
Kuat arus
Segitiga rumus tegangan atau hukum Ohm
1 kilo Ohm = 1000 Ohm
1 mega ohm = 1.000.000 Ohm
Hambatan listrik dapat diukur secara langsung dengan menggunakan Multi Meter / Avometer.

2.3 Macam-macam Gelombang Arus Listrik
1) Arus bolak-balik/sinusoidal
2) Arus setengah gelombang ( telah diserahkan)
3) Arus searah penuh tapi masih mangandung ripple/desir
4) Arus searah murni
5) Faradik
6) Surged Faradic/sentakan sinusoidal
7) Surged sinusoidal/sentakan sinusoidal
8) Galvanik yang interuptus
9) Arus gigi gergaji


2.4 Kelistrikan dan Kemagnetan yang Timbul dalam Tubuh
2.4.1 SISTEM SYARAF
 . a. Sistem Saraf Pusat :
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer.
Saraf perifer :
- Afferen : mengirim informasi ke otak / medula spinalis
- Eferen : dari otak atau medula spinalis ke otot dan kelenjar
 b. Sistem Saraf Otonom :
Mengatur organ dalam tubuh seperti jantung, usus dan kelenjar secara tidak sadar.

 KELISTRIKAN SARAF
 Kecepatan impuls serat syaraf : serat syarat berdiameter besar kemampuan menghantarkan impuls lebih cepat dari yang berdiameter kecil
 Serat syarat ada 2 type :
1. Bermyelin :
banyak terdpt pd manusia. suatu insulator yang baik kemampuan mengaliri listrik sangat rendah. Aliran sinyal dapat meloncat dari satu simpul ke simpul yang lain.
2. Tanpa myelin :
- Akson tanpa myelin diameter 1 mm kecepetan 20 -50 m/s.
- Akson bermyelin diameter 1 μm kecepatan 100 m/s.


Dalam keadaan normal
Na + diluar sel > Na + di dalam sel
Diukur dgn Galvanometer -90 mVolt  Polarisasi


Bagaimana agar ion Na+ tersebut masuk ??
Ada rangsangan listrik, mekanik atau kimia
Proses kelistrikan syaraf.
 KELISTRIKAN PADA SINAPSIS DAN NEUROMYAL JUNCTION.
 Sinapsis : Hubungan antara 2 buah syaraf.
 Neuromyal Junction : Berakhirnya saraf pada sel otot.
Memiliki kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang lain.
Pada saat depolarisasi, zat kimia pada otot bergetar/trigger  Kontraksi otot,
repolarisasi  Relaksasi otot.

2.4.2 KELISTRIKAN OTOT JANTUNG
 Otot Jantung (miokardium) berbeda dengan syaraf dan otot bergaris.
 Ion Na+ mudah bocor sehingga setelah repolarisasi,ion Na+ akan masuk kembali ke sel  Depolarisasi spontan.
 (nilai ambang dan potensial aksi tanpa memerlukan rangsangan dari luar).
 Sel otot jantung akan mencapai nilai ambang dan potensial aksi pada kecepatan yang teratur  Natural Rate/kecepatan dasar membran sel.
• Untuk menentukan natural rate dihitung dari mulai depolarisasi spontan sampai nilai ambang setelah repolarisasi. Yang mempengaruhi :
1. Potensial membran istirahat.
2. Tingkat dari nilai ambang.
3. Slope dari depolarisasi spontan terhadap nilai ambang.
• Ada sekumpulan sel utama yang secara spontan menghasilkan potensial aksi yang akan dengan cepat mendepolarisasi sel otot miokardium yang sedang mengalami istirahat  Pace Maker / perintis jantung.


ELEKTRODA
 Untuk mengukur potensial aksi dengan memindahkan transmisi ion ke penyalur elektron
 Bahan yang dipakai perak dan tembaga
Bahan elektroda : 1. Dapat disterilkan.
2. Tidak mengandung racun.
Biasanya Perak ( Ag ) ditutupi lapisan tipis perak Chlorida ( AgCl ).
 Perbedaan potensial sebesar 0,80 – 0,34 = 0,46 V, dijumpai apabila kedua elektroda disambungkan pada kedua tangan penderita.
Macam Elektroda
1. Elektroda Jarum ( Mikro elektroda )
Untuk mengukur aktivitas motor unit tunggal.

2. Elektroda Mikropipet
Dibuat dari gelas dgn diameter 0.5 μm. Untuk mengukur potensial biolistrik di dekat/dalam sebuah sel.
 Dapat menyalurkan elektroda dalam sebuah sel. Tahanan 10 MΏ.

3. Elektroda permukaan kulit.
Terbuat dari metal/logam yang tahan karat,misal perak,nikel atau alloy.
a) Bentuk plat.
Dipakai untuk mengukur potensial listrik permukaan tubuh EKG, EEG, dan EMG.
 Dipakai tahun 1917 à didaerah yg dipasangkan elektroda digosok dengan saline solution (air garam fisiologi). Diganti dengan Jelly atau pasta (elektrolit).

b) Bentuk Suction Cup
Dipakai waktu melakukan EKG.
c) Bentuk Floating
Type elektroda ngambang, agar mencegah kontak langsung antara logam dengan kulit.
d) Bentuk Ear Clip
Suatu elektroda sbg referensi pada EEG dan EKG.
e) Bentuk Batang
Suatu elektroda sbg referensi pada EEG dan EKG.

Untuk mengukur medan magnet dari suatu besaran benda diperlukan suatu ruang yang terlindung dan sangat peka terhadap detector medan magnet (magnetometer). Detector yang dipergunakan yaitu SQUID ( Superconding Quantum Interference Device) yang bekerja pada suhu 5 derajat K, dan dapat mendeteksi medan magnet yang disebabkan arus searah atau arus bolak-balik.
Ada 2 alat untuk mencatat medan magnet ini antara lain:
1) Magnetokardiografi (MKG)

MKG memberi informasi jantung tanpa mempergunakan elektroda yang didekatkan/ditempelkan pada badan, tidak seperti halnya pada waktu melakukan EKG. Pencatatan dilakukan di daerah badan dengan jarak 5 cm. lokasi rekaman diberi kode B, D, F, H, I, J, L (vertical). Horizontal dilakukan perekaman 5-6 kali dibubuhi huruf I dan ditandai dengan angka (1, 3, 5, 9)
Informasi yang diperlukan pada MKG tidak dapat dipakai sebagai EKG oleh karena dalam pengukuran medan magnet mempergunakan arus searah yang mengenai otot dan saraf. Perekaman MCG akan memberi informasi yang berguna dalam diagnosis apabila dikerjakan pada waktu jantung mengalami serangan oleh karena pada saat ini dipergunakan arus listrik.


2) Magnetoensefalogram (MEG)

MEG yaitu pencatatan medan magnet sekeliling otak dengan mempergunakan arus searah. Alat yang adalah SQUID magnetometer. Pada rithme alpha, medan magnet berkisar 1 x 10 pangkat -13 T.
2.5 Penggunaan Listrik dan Magnet pada Tubuh.

Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah menggunakan listrik berfrekwensi rendah untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1992 telah pula menggunakan listrik dengan frekwensi 30 MHz untuk memanaskan yang disebut “Short Wave Diaththermy”. Pada 1950 sudah diperkenalkan penggunaan gelombang mikro dengan frekwensi 2.450 MHz untuk keperluan diathermi dan pemakain radar.

Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik di bagi dalam 2 bentuk:
a. Listrik Berfrekwensi Rendah

Batas frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 500.000 z frekuensi rendah ini mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot. Untuk pemakain dalam jantung waktu singkat dan bersifat merangsang persarafan otot, maka dipakai arus faradic. Sedangkan untuk jangka waktu lama dan bertujuan merangsang otot yang telah kehilangan persarafan maka dipakai arus listrik yang intereptur/terputus-putus atau arus
DC yang telah dimodifikasi.
Selain arus DC ada pula menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz arus AC ini serupa dengan arus DC, mempunyai kemkampuan antara lain: merangsang saraf sensorik, merangsang saraf motoris, dan berefk kontraksi otot.

b. Listrik Berfrekuensi Tinggi

Yang tergolong berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik diatas 500.000 siklus perdetik (500.000 Hz). Listrik berfrekuensi tidak mempunyai sifat merangsang saraf motoris atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan dengan pengulangan yang lama. Frekuensi sifat ini maka frekuensi tinggi digunakan dalam bidang kedokteran di
bagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Short Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Pendek)
2. Mikro Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Mkro)

2.6 Magnetik Blood Flow Water

Alat pengukur aliran darah magnetis berdasarkan atas prinsip induksi magnetis. Apabila suatu konduktor listrik digerakkan dalam medan magnet akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan gerakan ( Hukum Farady). Prinsip yang sama pula dipergunakan disini yaitu apabila konduktor bukan suatu melainkan pipa konduksi yang ditempati pada medan magnet dan dilewati zat cair.
Apabila darah melewati pipa konduksi tersebut, dengan rata-rata kecepatan V melewati medan magnet B maka tegangan yang dihasilkan antara elektroda dinyatakn:
Keterangan : V = Tegangan ( Volt)
B = Kuat Medan Magnet ( Gauss)
D = Diameter Pembuluh darah
V = Kecepatan ( m/sec)
Jumlah zat cair/darah dapat pula dihitung yaitu:

2.7 Syok Listrik

Syok listrik atau kejutan adalah suatu nyeri pada syaraf sensorik yang diakibatkan aliran listrik yang mengalir secara tiba-tiba melalui tubuh. Kejadian syok listrik merupakan kejadian yang timbul secara kebetulan. Bahaya syok listrik sangat besar, tubuh penderita akan mengalami ventricular fibrillon, kemudian diikiuti dengan kematian. Oleh karena itu, perlu diketahui perubahan-perubahan yang timbul akibat syok listrik, metoda pengamanan sehingga bahaya syok dapat dihindari.
Dalam bidang kedokteran ada 2 macam syok listrik antara lain:
1. Syok Dengan Tujuan Tertentu
Syok listrik ini dilakukan atas dasar indikasi medis. Dalam bidang psiaktri dikenal dengan nama “ Electric Convultion Teraphy”
2. Syok tanpa tujuan tertentu
Timbul syok ini diakibatkan dari suatu kecelakaan. Faktor-faktor yang menyokong sehinggga timbulnya syok ini listrik ini :
a. Peralatan
Petunujuk penggunaan alat-alat yang kurang jelas
Prosedur testing secara teratur tidak atau kurang jelas
Peralatan ECG yang lama tanpa menggunakan transformator
b. Perorangan
Petugas-petugas yang kurang latihan
Kurang pengertian akan kelistrikan maupun bahaya-bahaya yang ditimbulkan
Kurang pengertian tetang cara-cara proteksi bagi petugas sendiri maupun penderitar
Syok yang timbul dari suatu kecelakaan ini dikenal dengan “ Earth Syok”. Berdasarkan besar kecilnya tegangan “ Earth Syok” dapat di bagi menjadi 2 : Low tension shock ( syok tegangan rendah) dan high tension shock ( syok tegangan tinggi)
Syok semakin serius, apabila arus yang melewati tubuh semakin besar. Menurut Hukum Ohm intensias arus listrik tergantung kepada tegangan dan tahanan yang ada. ( I = V/R) berarti tegangan penting dalam menentukan beberapa arus yang dapat dilewati oleh tahanan yang diberikan oleh tubuh. Disamping itu ada pula parameter-parameter lain yang turut berperan mempengaruhi tingkat syok.

1. Dari Sudut Arus
a. Seseorang akan menderita syok lebih serius pada tegangan 220 Volt dari pada tegangan 80 Volt. Oleh karena, kuat arus pada tegangan 220 Volt lebih besar dari pada tegangan 80 Volt (R) sama.
b. Basah atau tidaknya kulit penderita
c. Basah tidaknya lantai
2. dari sudut parameter-paraameter lainya:
a. Jenis kelamin
b. Frekuensi AC
c. Duration
d. Berat Badan
e. Jalan yang ditempuh arus
Oleh karena bahaya syok sangat besar, dapat mengakibatkan kematian sehingga dipandang perlu untuk melakukan tindakan pencegahan yang meliputi alat-alat yang dipergunakan






ENERGI LISTRIK ENERGI CAHAYA

Sistem kelistrikan dalam tubuh manusia sesuai konsep ilmiah dapat memancarkan cahaya (aura). Sistem kelistrikan ini dibagi menjadi generator-generator energi yang disebut sebagai cakra. Ada 7 cakra utama yang banyak dipelajari, dan terletak di sepanjang ubun-ubun turun ke arah tulang belakang, sampai ke tulang ekor.
Ke tujuh cakra utama itu dikenal sebagai Cakra Mahkota, letaknya di ubun-ubun, Cakra Tenggorok di leher, Cakra Jantung di sekitar jantung, Cakra Solar Pleksus ada di atas pusar, Cakra Seks ada di bawah pusar, dan Cakra Dasar di tulang ekor.

Cakra ini dipersepsi sebagai wilayah tubuh yang menjadi pusat pembangkitan energi. lni memang konsep Kedokteran Timur. Sebagaimana Tusuk Jarum. Bahwa titik-titik tertentu di dalam tubuh manusia memiliki kemampuan menghasilkan energi atau terkait dengan sistem energial secara holistik. Dan secara ilmiah, memang telah bisa dibuktikan adanya tegangan listrik diantara organ-organ tertentu di dalam tubuh manusia seperti yang telah dijelaskan diatas.

Ke tujuh cakra utama itu secara empirik telah dibuktikan fungsi dan pengaruhnya. Meskipun masih perlu diteliti terus secara lebih mendalam. Di antaranya, cakra dasar adalah cakra yang disebut-sebut sangat berpengaruh pada munculnya warna merah pada aura seseorang.

Padahal sebagaimana kita ketahui, warna merah adalah warna yang menunjukkan sifat-sifat emosional, jiwa yang tertekan, ketergesa-gesaan, perhatian pada dunia fisik secara berlebihan, dan keberanian mengambil resiko. Maka berarti cakra dasar adalah cakra yang bertanggung jawab terhadap munculnya sifat-sifat tersebut.

Cakra kedua adalah cakra Seks. Cakra ini dikenal sebagai pusat munculnya warna jingga alias oranye. Disinilah pusat kreatifitas fisik. Warna jingga yang dominan menunjukkan sifat ketertarikan pada penampilan diri secara fisik. Baik diri sendiri maupun orang lain.
Orang yang memiliki warna jingga suka berdandan dan menjadi pusat perhatian. Ia senang bergaul dan bersifat hedonistik alias suka bersenang-senang.

Cakra ketiga disebut Cakra Solar pleksus, letaknya di atas pusar. Ia adalah pusat energi yang bertanggungjawab terhadap munculnya warna kuning. Warna ini menunjukkan sifat-sifat egoistik dan ambisi.
Orang yang memiliki warna kuning memiliki ambisi dan cita-cita kuat untuk menjadi penguasa. Energik dan cerdik. Tapi warna ini juga berkait erat dengan tingkat stress yang tinggi.

Cakra ke empat adalah Cakra Jantung, bertanggungjawab terhadap munculnya warna hijau. Di sini muncul getaran-getaran halus yang berkait dengan sifat-sifat lemah lembut. Rasa empati dan kasih sayang, muncul dari generator energi di sini.

Cakra ke lima adalah Cakra Tenggorokan. lnilah cakra penghasil warna biru. Jika cakra ini aktif, maka tubuh kita akan didominasi warna biru. Warna ini erat kaitannya dengan keilmuan dan rasionatitas. Perlumbuhan dan progresifitas. Keinginan mencari realitas hakikat. Makna hidup.

Cakra ke enam berada di kening. Sering disebut sebagai Cakra Mata Ketiga. Generator energi ini menghasilkan warna nila. Ia menggambarkan munculnya intuisi dan spiritualitas pada pemilik aura tersebut. Ia semakin tertarik kepada realitas-realitas di 'dunia dalam'. Inner cosmos. Hal-hal gaib.

Cakra ke tujuh berada di ubun-ubun, menghasilkan warna ungu. Warna ini menunjukkan intensitas spiritualitas yang tinggi. Perhatiamya kepada hal-hal yang bersifat duniawi sangat rendah. Ia lebih tertarik kepada meditasi, tafakur, berdzikir, menyendiri, mencari hubungan dengan Tuhan, dan hal-hal yang bersifat spiritual.

Warna ini sering juga muncul pada para seniman yang sedang asyik menuangkan karya-karyanya. Atau pada para ilmuwan yang sedang asyik meneliti rahasia alam. Membuka tabir keilmuan semesta.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap aktifitas seseorang akan mempengaruhi terhadap pancaran gelombang elektomagnetik yang ditimbulkan dari dalam tubuhnya. Pancaran cahaya tertinggi adalah bagi mereka yang senantiasa meningkatkan kualitas spiritualitasnya karena pada dasarnya manusia memiliki dimensi cahaya yang bersemayam sebagai ruh. Ruh inilah unsur ketuhanan yang melekat pada setiap manusia.

“Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Al-Hijr: 29)

Potensi ruh yang ada pada setiap manusia sesungguhnya dapat membangkitkan energi listrik dalam tubuhnya. Jantung sebagai generator utama penentu kualitas cahaya yang dipancarkan keluar. Cahaya itulah yang dimaksud sebagai cahaya iman.
Allah SWT. berfirman dalam surat ke 66, At-Tahrim ayat 8:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahriim: 8)
Ayat tersebut memberi gambaran kepada kita bahwa dengan adanya sistem kelistrikan dalam tubuh, maka seseorang dapat meningkatkan kualitas cahaya tubuhnya dengan memperbanyak ibadah dan amal shaleh.

“(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (Dikatakan kepada meraka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar". (QS. Al-Hadiid: 12)
Sekalipun ayat diatas menjelaskan tentang keadaan orang beriman di surga tapi pada hakekatnya adalah manifestasi dari apa yang dilakukan di dunia. Cahaya hang terpancar dari dalam tubuh manusia hanya dapat di lihat dengan alat bantu teknologi yang dikembangkan saat ini.














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup, tegangan listrik pada tubuh berbeda dengan yang kita bayangkan seperti listrik di rumah tangga. Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh. Kelistrikan dan kemagnetan didalam tubuh sangat berpengaruh pada sistem saraf. Sistem saraf di dalam tubuh mempuanyai listrik. Pada sistem saraf pusat dan sistem saraf ootonom.
3.2. Saran

Penulis menyadari, dalam penyusunan makalah ini belums sepenuhnya sempurna. Untuk itu dapat kiranya ,,enerikan kritik dan saran mengenai makalah ini.
Walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar